Tuesday, May 11, 2010
Knight Of Templar
Puncaknya pembantaian besar-besaran terhadap para Templar yg dilakukan oleh inkuisisi Roma dengan berbagai tuduhan mulai dari perilaku seks menyimpang hingga pemujaan terhadap Bahomet. Hari penangkapan para Templar yang jatuh di hari Jumat tgl 13 hingga kini dianggap sebagai hari sial di dunia barat.
Latar Belakang
Templar dibentuk oleh 8 orang ksatria frankish (perancis) dibawah pimpinan Hughues De Payen atas restu raja Baldwin (penguasa Yerusalem). Nama mereka yaitu 'The Poor Knights of the Temple of Solomon' diambil dari markas pertama mereka yang terletak di kompleks bekas kuil raja Salomo (Sulaiman). Dome of Rock atau Masjid Al-Aqsa sempat dijadikan pusat administrasi para Templar saat itu. Sejarawan modern telah menemukan bukti fisik tentang adanya ekskavasi (penggalian) yang dilakukan para Templar di lokasi itu. Jadi bisa dikatakan misi arkeologi modern yg pernah dilakukan guna mencari ark of covenant (tabut perjanjian Musa) telah didahului para Templar hampir seribu tahun lalu.
Pemimpin Templar disebut Grand Master ( Jacques De Molay adalah Grand Master yg terakhir ). Sebagai organisasi militer, Templar memiliki daerah teritori sendiri dan menarik pajak perlindungan buat pedagang-pedagang yang melewati wilayahnya. Sebagai ordo kerahiban, Templar berhak menerima donasi ataupun persembahan dari jemaat yang dilayani mereka. Karena dualismenya itu, Templar dibebaskan dari pajak kepada penguasa/raja wilayah dimana mereka bertempat karena status istimewanya itu Templar juga dibebaskan dari kewajiban menyetor hasil persembahan kepada keuskupan wilayah. Pada zaman kejayaannya Templar memiliki puluhan kastil dan biara yang tersebar dari Skotlandia hingga ke daerah tanah suci (palestina).
Komunitas Templar
Dalam Ordo Templar, untuk menjadi Full Knights, seseorang haruslah berasal dari kaum bangsawan ( keluarga Duke, Baron, Counts, etc ). Kemudian mereka haruslah melepas kebangsawanannya, menyerahkan keseluruhan harta mereka kepada Ordo dan mengikuti kehidupan biarawan yg ketat dan tegas.
Peraturan yang harus mereka jalani adalah :
1. Ksatria Templar dalam pertempuran, haram hukumnya untuk mundur kecuali kalah dalam jumlah lebih dari 1 : 3, Jadi apabila jumlah Templar 300 dan musuh berjumlah 900, maka Templar tidak akan dan dilarang untuk mundur.
2. Perintah mundur itu pun hanya dilakukan oleh Grand Master atau pemimpin kontingen di saat itu
3. Templar senantiasa mengibarkan Standar Banner mereka yg disebut ' Beausant ' dan selama standart banner itu berkibar, berarti jumlah musuh masih 1:3 atau seorang ksatria Templar tetap wajib untuk bertempur.
4. Templar selalu berpedoman pada doktrin :" The First To Charge on Enemy and The Last To Retreat " yang diadopsi oleh US.Marine dalam hymne US. Marine :"..From The Halls of Montezuma.......the first to fight...tha last to retreat"
5. Seorang templar harus berkaul kekal. bahkan sejak menjadi Templar hingga mati mereka diharamkan melepas celananya ( bahkan untuk mandi sekalipun!) kecuali pada saat terpaksa harus menggantinya karena sobek atau rusak.
Di Perang Salib
Disaat perang salib, Templar adalah ksatria eropa yg paling ditakuti kaum muslim. Sedemikian takutnya hingga Sultan Salladin ( Salahudin Al Ayubi ) yang terkenal akan kebijaksanaan dan belas kasihnya itu tidak memberikaan pengampunan bagi satupun ksatria Templar yg tertawan setelah kekalahan di perang Hatiin. Para ksatria Templar itu dianggap terlalu berbahaya bahkan untuk menjadi tawanan sekalipun.
" Beau Sant ! " adalah seruan perang kaum Templar yg selalu mengiringi serangan kavaleri mereka. Templar selalu berada digaris depan dalam tiap pertempuran semasa perang salib ( Crusades). Mereka memiliki peraturan yang ketat dalam bertempur. Antara lain adalah selalu menyerang paling depan, dan (apabila terpaksa) selalu menjadi yang paling akhir untuk mundur. Seorang ksatria Templar diharamkan untuk lari dari hadapan musuh, dan hanya diperbolehkan mundur apabila jumlah musuh lebih banyak 1:3 dari jumlah mereka.
Sejarah mencatat suatu peristiwa yang menggambarkan keberanian mereka yaitu dalam pertempuran Nazareth ( The battle of Nazareth ) dimana ketika itu kerajaan latin (Eropa) yang berpusat di Yerusalem sedang dalam gencatan senjata dengan pihak muslim dibawah pimpinan Saladin. Ketika itu Saladin meminta izin pada pihak kristen untuk melakukan eksplorasi dan survei didaerah Nazaret. Izin itu diberikan dengan syarat tidak ada seorang nasrani-pun yang diserang dan kaum muslim menaati-nya.
Bagitu berita itu tiba di garnisun templar didaerah itu, Grand Master saat itu Gerard De Ridefort langsung memerintahkan penyerangan terhadap kontingen Arab tersebut. De Ridefort dikenal sebagai salah satu Grand Master yang paling militan dan agresif. 300 ksatria berkuda dipimpinnya ke Nazaret dan bertemu dengan pasukan ekspedisi Arab dibawah pimpinan Mahmoud Al Afdhal, putra dari Saladin yang jumlahnya 7000 prajurit dan kavaleri. Dengan perbandingan lebih dari 1:20, para ksatria Templar menyerang musuh mereka tanpa memperhatikan jumlah. Pertempuran itu jelas dimenangkan pasukan Arab dan hanya menyisakan 3 ksatria Templar yang selamat (termasuk Grand Master Ridefort) tapi menunjukan keberanian yang luar biasa dari para rahib-ksatria itu.
Kekayaan dan kepemilikan Templar atas banyak sekali relik suci dan naskah kudusnya adalah ancaman bagi eksistensi gereja Katolik (bahkan fundamen ajaran Kristen) pada masanya. Oleh karena itu Konspirasi Vatikan dan Raja Frankish waktu itu berhasil mengakhiri ordo Rahib-Ksatria itu dengan tuduhan2 serta fitnah2 palsu. Pada akhirnya sejarah Templar dikaburkan dan berusaha dihapus dari catatan sejarah hingga saat ini.
Sejak Jacques De Molay, Grand Master templar terakhir dieksekusi, para ksatria Templar yg selamat dari holocaust inkuisisi mendapatkan perlindungan di Skotlandia dimana para ksatria Templar bertempur bersama Robert 'Braveheart' The Bruce melawan Inggris dan membangun Rosslyn Chapel yg terkenal amat mistis karena geometri magisnya (dipercaya pernah menjadi tempat penyimpanan sementara relik kudus Templar seperti Holy Grail dan Tabut Perjanjian Musa!), sebagian Templar mendapat perlindungan di Portugis dgn mengganti nama Ordo mereka dibawah perlindungan Henry the Navigator.
Sebagian lagi tetap berada di benua Eropa dengan menjadi organisasi rahasia Klandestain yang disebut Free Mason dimana salah satu cabang dari organisasi ini dipercaya menjadi pendiri negara Swiss.
Pemusnahan Ordo Templar
Seperti 'ciri khas' Inquisitor di abad pertengahan, para kaum Templar di fitnah dgn bermacam tuduhan mulai dari menyembah tengkorak-sodomi hingga menginjak salib.
Sebuah kebiasaan dari Gereja Katolik yang terkenal sangat korup dan penuh kolusi di abad pertengahan ( tuduhan yg sama juga dialamatkan pada Joan of Arc )
Alasannya jelas bahwa, ordo Templar merupakan ordo paling kuat dan kaya dimasa itu.
Gereja Katolik merasa iri karena penguasaan banyak sekali kapel dan kastil oleh Templar, belum lagi relik-relik suci mulai dari kain Kafan Turin, Mandylon (lukisan darah wajah Yesus) hingga cawan perjamuan terakhir dan Tabut perjanjian Musa (Ark of Covenant) yang paling dicari sepanjang masa itu. Sementara raja Phillip menghasut Paus karena dia sedang memiliki hutang yang besar terhadap kaum Templar.
Namun tidak satupun harta maupun relik kudus yg ditemukan kecuali ratusan Ksatria yang (anehnya) sukarela menyerahkan diri mengalami siksaan dengan tuduhan palsu tersebut. Para ahli banyak menduga bahwa ratusan ksatria tersebut sengaja berkorban untuk melindungi Relik paling suci mereka yaitu 'The Holly Grail' dan "The Ark of Covenant". Hal itu dipicu dengan menghilangnya seluruh armada Templar dari pantai Perancis malam sebelum penangkapan tersebut.
Secret Society
Setiap kelompok Templar yang Survive tersebut terus melanjutkan hirarki kepemimpinan mereka secara terpisah di negeri pengasingan mereka. Di Skotlandia hingga kini ada organisasi Scottish Templar dan di Amerika malahan hirarki kepemimpinan organisasi templar amat mirip dgn rantai komando mereka semasa perang salib dimana di setiap negara bagian AS memiliki komando teritori masing-masing. Templar di Portugis berubah nama menjadi Ordo Fatima yg mendapat perlindungan khusus dari kerajaan.
Dari sudut Secret Society, penangkapan Ordo Templar, merupakan salah satu cara untuk kembali meng -secret-society-kan-ordo tersebut dan menyatukannya kembali dengan Ordo Zion setelah Templar berhasil menunaikan tugas mereka di tanah suci selama perang salib. Tugas Utama yg dirahasiakan bukanlah untuk berperang melawan kaum Islam atau melindungi para peziarah, melainkan menemukan dan mengamankan relik paling suci yg ada : Holly Grail dan Ark of the Covenant!
Selain itu dalam sumber independen kita juga bisa menemukan hubungan antara legenda bajak laut di Karibia dengan Templar. Sejak armada Templar menghilang dari pelabuhan La Rochele Perancis, satu hari sebelum holocaust berlangsung, banyak penyelidik yakin bahwa armada templar mengganti lambang Salib merah berujung delapan menjadi lambang tengkorak dan dan tulang menyilang (skull & crossbone) untuk mengenang holocaust tersebut. Di Inggris banyak sekali makam templar yg pada nisannya terukir lambang tersebut.Oleh para pelaut abad ke 15 -16 lambang tersebut kemudian terkenal dgn sebutan " Jolly Rogers ".
Secara organisasi resmi, Ordo Templar sudah di hapus oleh Paus Clement sejak abad ke 14 namun 'main body' dari Templar tetap hidup hingga saat ini dalam bentuk secret society yang sering disebut Illuminati, nah salah satu kepanjangan tangan secret society tersebut di Amerika serikat adalah CFR atau council of Foreign relation yang dibentuk di thn 30 -an. CFR itu berisi tokoh2 penting di AS seperti bankir, senator dan indutrialis yang 'secara kebetulan' adalah anggota Freemasonry ( secret society yg merupakan turunan langsung dari Ordo Templar di Skotlandia ).
Salah satu tokoh hasil 'ciptaan' sayap Masonic AS ini adalah J.Edgar Hoover yg merupakan dedengkot dari semua badan intelejen AS. Soal KGB, saya belum menemukan link seperti itu, namun satu hal yg diketahui adalah bahwa revolusi Rusia yang menjatuhkan monarki dan menggantinya dengan komunisme itu disponsori oleh keluarga bankir Krupps - Rothman yang dikenal sebagai dinasti Illuminati sejak abad ke 18.
Yang menjadi misteri adalah sisa Templar yg menjadi underground. Organisasi spiritual-militer seperti Priory of Sion (perancis) dan SMOTJ (Supremme military Order of the temple of Jerusalem)-Yerusalem, Free-Mason (spiritual-aristokrat) dan Illuminati (bankir-yahudi). Organisasi-organisasi diatas dipercaya memiliki peranan sangat besar dalam politik-ekonomi dunia dengan kekuatan yang melebihi kelompok-kelompok Templar 'tradisional' di Skotlandia, Amerika dan portugis.
Berikut daftar para Grand Master Templar sejak terbentuknya Ordo Knights Templar 1118 sampai 1314 ketika secara resmi dihapuskan olah konspirasi raja Frankish - Vatikan:
1. 1118 - 1136 Hugh de Payens (founding member of the order)
2. 1136 - 1146 Robert de Craon
3. 1146 - 1149 Everard des Barres
4. 1149 - 1153 Bernard de Tromelai
5. 1153 - 1156 Andre de Montbard (salah satu pendiri yg juga merupakan paman dari Bernard of Clairvaux)
6. 1156 - 1169 Bertrand de Blanchefort (Grand Master yg menetapkan Lambang tradisional Templar 'Two knights on one horse seal')
7. 1169 - 1171 Philip de Milly
8. 1171 - 1179 Odo de St Amand
9. 1179 - 1184 Arnold de Toroga
10. 1185 - 1189 Gerard de Ridefort (Grand Master yg bertempur pada pertempuran Hattin dgn pasukan Salladin)
11. 1191 - 1193 Robert de Sable (Grand Master yg melakukan pembelian pulau Cyprus dari Richard I 'The Lion Heart')
12. 1193 - 1200 Gilbert Erail
13. 1201 - 1208 Phillip de Plessiez
14. 1209 - 1219 William de Chartres
15. 1219 - 1230 Pedro de Montaigu
16. (???) - 1244 Armond de Perigord
17. 1245 - 1247 Richard de Bures
18. 1247 - 1250 William de Sonnac
19. 1250 - 1256 Reynald de Vichiers
20. 1256 - 1273 Thomas Berard
21. 1273 - 1291 William de Beaujeu (Grand Master yg gugur dalam pertempuran di Accra.
22. 1291 - 1293 Thiobald de Gaudin
23. 1293 - 1314 Tacques de Molay (The Last Grand Master of The Order)
Grand Master Knights of Templar pasca holocaust dari inkuisisi menurut sumber dari SMOTJ (Sovereign Military Order of the Temple of Jerusalem). Knight of Templar tidak berakhir bersamaan dgn kematian De Molay. Menurut dokumen yg disebut Larmenius Charter, Jacques de Molay sempat mengangkat John Mark Larmenius seorang ksatria Templar yg bertugas di Napoli menjadi Grand Master penggantinya.
Berikut daftar Grand Master pasca holocaust 1314:
1. 1313 - 1324 John Mark Larmenius
2. 1324 - 1340 Thomas Theobald of Alexandria
3. 1340 - 1349 Arnaud de Braque
4. 1349 - 1357 Jean de Claremont
5. 1357 - 1381 Bertrand du Guesclin
6. 1381 - 1392 Bernard Arminiacus
7. 1419 - 1451 Jean Arminiacus
8. 1451 - 1472 Jean de Croy
9. 1472 - 1478 Bernard Imbault
10.1478 - 1497 Robert Leononcourt
11.1497 - 1516 Galeatius de Salazar
12.1516 - 1544 Gapard de Galtiaco Tavanensis
13.1544 - 1574 Phillipe Cabot
14.1574 - 1615 Henry de Montgomery
15.1615 - 1651 Charles de Valois
16.1651 - 1681 Jacques Ruxellius de Grancieo
17.1681 - 1705 Jacques Henry Duc de Duras
18.1705 - 1724 Phillipe, Duc D'Orleans
19.1724 - 1737 Louis Augustus Bourbon
20.1737 - 1741 Louis Henry Bourbon Conti
21.1741 - 1776 Louis-Francois Bourbon Conti
22.1776 - 1792 Louis-Hercule Timoleon, Duc de Cosse Brissac
23.1792 - 1804 Claude-Mathieu Radix de Chavillon
24.1804 - 1838 Bernard Raymond Fabre Palaprat
Saturday, May 8, 2010
Pasukan Elit Dan Ordo Perang Salib
Ilustrasi Janizaries, salah satu pasukan elit kesultanan Turki
Ada beberapa pasukan elit dan ordo yang cukup berperan dalam perang salib. Peran mereka sangat signifikan, sehingga keberadaannya tidak bisa disepelekan begitu saja. Berikut adalah daftar pasukan elit/ordo khusus yang berpartisipasi di perang salib dari kedua belah pihak
Kristen :
Knight Of Templar
Adalah sebuah ordo khusus yang didirikan secara eksklusif dan berbasis semangat komunitas yang tinggi. Ordo inilah yang paling misterius dibanding yang lain. Oleh karena itu, saya akan membuat postingan tersendiri tentang ordo ini.
Knight Of Hospitaller
The Knights Hospitaller yang nama lengkapnya dalam bahasa Inggris adalah : The Order of Knights of the Hospital of St.John of Jerusalem sering juga disebut dengan Knights of Malta atau Knights of Rhodes. Dua nama terakhir lebih merupakan nama sebutan berdasarkan base Ordo itu yang berpindah beberapa kali.
Tahun 1020, para pedagang dari Amalfi dan Salerno Italia atas izin Kalifah Mesir membangun rumah sakit di Yerusalem. Pusat suaka dan medis itu dibangun atas nama St. John The Baptist ( Santo Yohannes pembaptis ), melayani para peziarah Kristen yang mengunjungi tempat kelahiran Kristus di Yerusalem.
Pada awalnya, Ordo ini hanya melayani para peziarah disana, namun dalam waktu singkat tugasnya bertambah selain bagian medis dan kerohanian, juga mengorganisir pengawalan bagi para peziarah.
Bersama dengan Knights Templar, Hospitallers menjadi salah satu elemen paling penting dan kuat di wilayah Palestina. Knights Hospitallers kemudian mulai mendapatkan reputasi tempurnya dalam skrimish2 melawan pasukan2 Muslim sepanjang jalur pengawalan mereka. Para Ksatrianya mengenakan jubah berwarna hitam dengan emblem salib warna putih.
Ketika 'sepupu' sekaligus rival mereka yaitu Knights Templar mengalami holocaust oleh Inquisitor Vatikan dan Phillip dari perancis di thn 1312, banyak sekali properti milik Templar yg dialihkan ke tangan Knight Hospitaller. Pengaturan pengendalian atas aset2 mereka dibagi menjadi 8 wilayah ( Provence, Auvergne, Perancis, Itali, Aragorn, Castille, Jerman dan Inggris ).
Setelah beberapa kali berpindah wilayah, Knights Hospitaller berakhir di Malta. Ketika di tahun 1798 Napoleon merebut pulau itu dalam ekspedisinya ke Mesir.
para anggota Ordo Hospitaller kemudian berubah status dari Ksatria militer menjadi kelompok sosial dan kemanusiaan.
Saat ini organisasi tersebut bernama " Sovereign Military Order of Malta " berdiri sebagai organisasi kemanusiaan dan sosial. Tetap menjadi Ksatria walau tanpa pedang, kuda dan jubah hitam
Knights Of Teutonic
Knights Of Teutonic . merupakan ordo religius katolik yang berasal dari Jerman. Ordo ini dibentuk untuk membantu peziarah kristen di tanah suci mendarat dan mendirikan rumah sakit untuk mengurus penderita sakit dan terluka. kemudian dalam perjalanannya berubah menjadi ordo militer. Nama lengkap ordo tersebut dalam latin adalah “Ordo domus sanctæ mariæ theutonicorum hierosolymitanorum”, atau " Ordo Jerman Rumah Sakit Maria di Yerusalem atau bahasa Jermannya "orden der brüder vom deutschen haus St. Marien di Yerusalem.
Dibentuk pada penghujung abad 12 di Acre. Pada abad pertengahan ordo ini memegang peranan penting di Outremer. Mengontrol bea jalan tol pelabuhan Acre. setelah kekalahan kristen di timur tengah pada tahun 1187, beberapa pedagang dari Lubeck dan Bremen berinisiatif untuk mendirikan rumah sakit yang akan menjadi cikal bakal Knight of Teutonic. Lalu bertransformasi menjadi ordo militer pada tahun 1198 dan menerima perintah dari Paus untuk mengambil alih Yerusalem dari tangan gereja timur dan mempertahankannya dari kaum muslim.
Setelah terusir dari Yerusalem, ordo ini banyak berperan dalam perang melawan kaum non kristiani(selain muslim) di Eropa. Mereka berpindah-pindah tempat di Austria, Rusia, melawan Lithuania, Polandia dan lain-lain.
Ordo ini masih eksis hingga sekarang di Austria, selamat dari jangkauan Napoleon (tidak seperti kakaknya, Hospitaller). Bidang yang digarap bukan lagi militer seperti jaman dulu tetapi bidang sosial dan kesehatan.
Tambahan buat ordo kristiani :
Knights Hospitaller memiliki ciri jubah hitam atau coklat dengan lambang salib berwarna putih. Mayoritas anggota Hospitaller adalah ksatria yang berasal dari Inggris.
Teutonic Knights memiliki ciri jubah hijau ( teuton ) atau putih dengan lambang salib berwarna hitam. Teutonic Knights dibentuk oleh sisa para Ksatria Bavaria yang turut dalam perang salib ke 3 dibawah Frederick Barbarossa.
Hospitaller dan Teutonic memiliki anggota wanita dan dengan jelas membagi tugas antara personel kombatan ( Knights ) dengan persobel non-kombatan ( Clerics ) sedangkan Templar tidak menerima anggota wanita dan tidak ada pemisahan tugas. Semua personel Templar berasal dari kaum Knights. Jadi melakukan tugas tempur sekaligus tugas pelayanan umat.
Jelas terlihat perbedaan ciri diantara mereka, Templars dgn jubah putih-salib merah, Teutonic dgn jubah hijau, Hospitallers dgn jubah hitam-salib putih/emas. Selain itu tampak perpaduan gaya Eropa dan Timur tengah/Palestina dlm pakaian mereka karena memang dibentuk untuk bertempur di gurun dan tanah Arab
Islam
Mamluk/Mamalik (budak putih)
Banyak asalnya dari suku-suku circassian & alan, suku-suku turki dari barat ukraina. Mereka adalah tawanan-tawanan perang Mongol yang jumlahnya ribuan, bahkan lebih banyak daripada pasukan Mongol sendiri, yg akhirnya di beli sultan al salih dari Mesir. Selanjutnya, dari suatu peristiwa yg penuh penghianatan, mesir dikuasai oleh salah satu komandan mamluk yaitu Aybak, dengan menikahi janda sultan mesir, sultana Shajar al-durr. Aybak tewas dibunuh pengikut sultana sewaktu sultana tahu kalau Aybak berencana membunuh sultana. sang sultana sendiri tewas dibunuh bekas istri dan selir Aybak.
Bashi Bazouk
Adalah nama satuan tentara bayaran Turki Utsmani ( Ottoman ) yang modelnya mirip Legiun Asingnya Perancis ( Legionaire Etrangere ). Pasukan ini mempunyai organisasi lebih mirip gerombolan penjarah karena apabila sedang tidak di-hire oleh Sultan Ottoman mereka bergerombol melakukan penjarahan di wilayah perbatasan lawan.Secara organisasi mirip Legiun Asing Perancis, secara persenjataan sangat maju karena dilengkapi senapan matchlok Ottoman, dalam pertempuran mereka bertingkah mirip para pasukan Mongol yang menjarah apa saja.
Janizaries
Pasukan ini adalah satuan elite yang pertama kali menembus tembok Konstantinopel dan mengalahkan pasukan Kekaisaran Byzantium.Ironisnya anggota pasukan 'Janizaries' semuanya merupakan pasukan budak yang direkrut dari keluarga0keluarga Kristen di daerah yang diduduki Ottoman.Dinasti Ottoman menerapkan 'pajak anak sulung' dimana semua putra sulung dari keluarga Kristen di daerah pendudukan mereka diambil kekaisaran sejak usia 12 tahun untuk dilatih kemiliteran dan dimasukan kedalam pasukan Janizaries'.
Jadi korps Janizaries paling ditakuti karena berisi tentara yang dilatih berperang dan membunuh sejak remaja.Mulai abad ke 17 para Janizaries umumnya berasal dari orang Yunani. Kalau tidak salah pada abad ke 19 mereka memberontak namun akhirnya kalah dan korps Janizaries dibubarkan
Pasukan turki khawaraziman
Ordo Hashashi
Yang merupakan asal kata Assassin merupakan sebuah sekte tersendiri dalam Islam. Mereka sangat anti dengan Kalifah Fatimid, khususnya faham Shi'ah. Mereka sangat memusuhi orang Islam diluar aliran mereka. Target mereka justru adalah tokoh agama/ulama Islam. Para sejarawan menduga asal kata dari Hashashi adalah Hashis yaitu candu yang berasal dari India. Mengkonsumsi Hashis adalah salah satu dari ritual mereka dimana para pemimpin mereka menganggap stimulasi dari Hashis bisa membuat mereka 'memasuki dimensi gaib'.
Kaum Hashashi adalah golongan Islam pertama yang melakukan pola serangan 'bunuh diri' dengan target para pemimpin agama/ulama Islam diluar aliran mereka.Secara ideologis mereka tidak memerang Kalifah tertentu tapi memfokuskan kepada pembunuhan para ulama.Kaum Hashashi dimusuhi oleh Kalifah2 Islam di wilayah itu seperti Kalifah Baghdad dan Kalifah Kairo. Namun ironisnya di masa Perang Salib kaum Assassin itu bermarkas di daerah pegunungan Lebanon yang notabena merupaka daerah kekuasaan Crusader khususnya Ordo Templar.
Para sejarawan banyak yang menyatakan bahwa Sekte Hashashi adalah 'mirror image' alias mirip dengan Ordo Templar. Hanya saja dalam keyakinan yang berbeda.
Bahkan organisasinya nyaris sama. Apabila dalam Templar ada hirarki seperti Brother Sergeant, Full Knight, Commander of region hingga Grand Master, maka dalam hirarki Assassin terdapat susunan yg nyaris sama. Dalam Assassin ada tingkatan mulai dari Fida'i, Fida'i Kabir, Da'i Kabir dll hingga Puncak pemimpinnya.
Secara ideologis Templar dan Assassin adalah sebuah organisasi religius-militan dengan sistem ke pemimpinan yang tidak mengacu kepada figur suatu pribadi melainkan murni organisasi yang sistim kepemimpinannya dipilih bukan berdasar garis keturunan melainkan pemilihan yang didasari reputasi dan prestasi terhadap Ordo/sekte mereka.
Sekte Assassin akhirnya punah setelah kubu mereka di Lebanon digempur pasukan agresor Mongol dibawah Hulaghu Khan. Ketika itu pasukan Mongol mengerahkan 50.000 tentara menyerbu kubu pertahanan Assassin di Lebanon dan membunuh sekitar 30.000 anggota militannya. Pasukan Mongol tersebut adalah pasukan yang sama dengan pasukan menghancurkan Kalifah Baghdad.
10 Kerajaan Terbesar Dalam Sejarah Dunia
10. Kerajaan Akkadia (2300 SM–2200 SM)
Kerajaan Akkadia berpusat di kota Akkad (Irak Kuno). Bangsa Akkadia nenek moyang bangsa-bangsa Babilonia dan Assyria. Keraajan ini berada pada puncak kejayaannya pada abad ke 24 dan 22 sebelum Masehi. Ini dianggap sebagai kerajaan pertama yang ada di bumi. Luas wilayahnya mencapai 0.8 juta Km persegi.
9. Kerajaan Persia (550 SM–330 SM)
Kerajaan Persia,Iran Kuno, adalah perkembangan dari kerajaan Median, mengatur sebagian besar wilayah arab dan sekitarnya. Median dan Persia juga dikenal sebagai kerajaan Medo-Persia adalah gabungan dari kerajaan-kerajaan sebelum masanya. Dibangun oleh Sirus Yang Agung dan menguasai beberapa benua yaitu Asia, Eropa dan Afrika.
Pada masa puncaknya, kerajaan ini meliputi wilayah Iran, Afganistan, Pakistan, beberapa bagian Asia tengah, Asia Kecil, Thrace (Eropa Tenggara-Balkan), dan Makedonia, sebagian besar wilayah sekitar Laut Hitam, Irak, Arab Utara, Yordania, Palestina, Israel, Lebanon, Syria, Mesir Kuno sampai ke Libya. Dalam sejarah bangsa Barat, kerajaan ini tercatat sebagai musuh dari kerajaan Yunani dalam Perang Greco-Persia, sebagai antisipasi dari budak termasuk diantaranya bangsa yahudi sebagai tahanan bangsa Babilonia dan kemauan untuk penggunaan bahasa yang sama dalam wilayah ini.
Kerajaan Persia ini kemudian diserang oleh Aleksander III dari Makedonia dan sesudah itu kerajaan inipun(Makedonia) runtuh dan tercerai-berai pada 330 SM menjadi Kerajaan Ptolemaic (Mesir) and Kerajaan Seleucid.
Kerajaan ini adalah kerajaan terbesr dalam sejarah. Pada masa puncak kejayaannya, wilayahnya melampaui 8.000.000 km persegi.
8. Kekaisaran Romawi (27 SM– 476/1453 M)
Tipe pemerintahan kerajaan ini adalah aristokastik dan wilayahnya meliputi Eropa dan Sekitar Mediterania. Kerajaan ini lemah setelah diterpa perang sipil. Beberapa peristiwa perubahan sistem pemerintahan dari Republik ke Kerajaan ditandai dari terpilihnya Julius caesar sebagai diktator yang berkuasa pada 44 SM, dan Perang Actium ( 2 September 31 SM). Perluasan wilayah Romawi bermula ketika sistem pemerintahanya berbentuk republik, dan mencapai puncak kejayaannya sewaktu berbentuk kekaisaran, tepatnya Kaisar Trajan. Luas wilayahnya pada waktu itu adalah 6.500.000 km persegi. Karena kerajaan ini berlangsung sangat lama, pengaruhnya dalam bahasa, agama, arsitektur, filosofi, hukum dan sistem pemerintahanya tetap ada sampai sekarang.
7. Kekalifahan Ummayah (661 M – 750 M)
Sistem Kekalifahan adalah suatu bentuk pemerintahan Islam sebagai bentuk kesatuan politik dan kepemimpinan Muslim di seluruh dunia. Kalifah adalah pemimpin muslim setelah Nabi Muhammad.
Kekalifahan Ummayah adalah kalifah kedua dari 4 kalifah dan di atur oleh dinasti Ummayah. Nama ini diambil dari Umayya ibn Abd Shams, moyang dari Kalifah Ummayah yang pertama. Meskipun keluarga Ummayah berasal dari Mekah, mereka memilih Damaskus sebagai ibukotanya. Kekalifahan Ummayah ini adalah bangsa Arab-Islam terbesar dalam sejarah. Luas wilayahnya mencapai 5.000.000 km2.
6. Dinasti Qing (1890–1912)
Dinasti Qing adalah dinasti terakhir di China. Bermula dari Dinasti Ming dan berlanjut dalam bentuk Republik Rakyat China. Dinasti ini dibentuk oleh klan Manchuria Aisin Gioro (sekarang timur laut china). Berawal dari tahun 1644 dan memperluas wilayahnya di sekitar china membentuk Kekaisaran Qing yang Agung. Dinasti ini menyatukan china pada 1683. Dinasti Qing kemudian jatuh setelah Revolusi Xinhai, ketika Empress Dowager Longyu melepaskan tahtanya sebagai kaisar, Puyi pada 12 februari 1912. Wilayahnya mencapai 14.700.000 km2.
5. Kekaisaran Rusia (1721–1917)
Kekaisaran ini berawal dari 1721 dan berakhir pada Revolusi Rusia 1917. Kekaisaran ini adalah kelanjutan dari Tsar Rusia dan menjadi Uni Soviet. Pada 1866, kekaisaran ini memperluas wilayahnya dari Eropa timur ke Asia dan Afrika Utara. Pada awal abad 19, Rusia adalah negara terbesar di dunia. Wilayahnya mencakup Benua Artika di utara sampai Laut Hitam di selatan, Laut Baltik di barat sampai ke Samudra Pasifik di sebelah timur.
4. Kekaisaran Mongolia (1206–1368)
Kekaisaran Mongolia berawal dari abad 13 sampai abad 14. Wilayahnya membentang dari eropa timur ke Asia. Kekaisaran ini adalah gabungan dari bangsa Mongol dan Turki setelah Genghis Khan diproklamirkan sebagai pemimpinnya pada 1206. Pada masa puncak kejayaanya, wilayahnya membentang dari Sungai Danube di eropa sampai ke laut jepang. dan dari Benua Artika sampai ke Kamboja. Luas wilayahnya mencapai 24.000.000 km2. Pada 1294, kekaisaran mongol pecah menjadi 4 bagian.
3. Kerajaan Mogul (1526–1858)
Kerajaan Mogul adalah kerajaan Islam yang mengatur sebagian besar wilayah India dan berawal pada 1526. Kerajaan ini mengatur sebagian besar Asia Selatan pada akhr abad 17 dan awal abad 18 dan berakhir pada pertengahan abad 19. Kerajaan Mogul adalah keturunan dari Timurid dari Turkistan pada tahun 1700 an, kerajaan ini mencakup seluruh daratan India. Wilayahnya pada waktu itu 4.000.000 km2.
Kerajaan ini bermula dari kepemimpinan Jalaluddin Mohammad Akbar atau Akbar yang Agung dan berakhir pada 1707 setelah kematian Kaisar Aurangzeb meskipun masih berlangsung sampai 150 tahun kemudian.
Pada masa ini ilmuwan Muslim mengawali peradaban ilmu pengetahuan modern.
2. Kerajaan Inggris
Kerajaan inggris terdiri dari domini, koloni, protektorat dan mandat dan semua wilayah yang di atur oleh kerajaan Inggris. Sampai tahun 1922 Kerajaan Inggris memiliki 450 juta jiwa dan itu merupakan 1/4 penduduk dunia waktu itu. Wilayahnya seluas 33.700.000 km2. dan mempunyai kekuatan militer paling besar dalam sejarah
1. Kekaisaran Ottoman (Turki 1299–1923)
Adalah kerajaan Islam berlangsung dari 1 November 1299 sampai 24 Juli 1924. Pada masa kejayaannya, kekaisaran ini meliputi 3 benua, mengatur sebagian besar Asia Barat, Timur dan Tenggara Eropa, daerah pegunugan Kaukasus dan Afrika Utara. Kekaisaran ini berlangsung paling lama yaitu selama 7 abad. Mereka juga toleran terhadap umat Kristen dan Yahudi.
sumber: http://cuma-ingin-tahu.blogspot.com/2010/04/10-kerajaan-terbesar-dalam-sejarah.html
10 Gunung Berapi Berbahaya yg Masih Aktif
Terletak di Chile selatan, tepi kaldera mencapai 1,122 meter di atas laut dan 3km dengan diameter. Gunung Chait mulai erupsi di Mei 2008. Kekuatan letusan itu meningkat secara dramatis menghasilkan arus awan ledakan dan lava. Pada bulan Februari 2009 yang sebagian disebabkan runtuhnya kubah aliran piroklastik lebih bawah melalui lembah sungai.
Mayon
Gunung Mayon terletak di provinsi Albay, di Luzon, Filipina. Bagian dari Cincin Api Pasifik, merupakan salah satu gunung berapi paling aktif, telah meletus di Filipina selama lebih dari 49 kali dalam 400 tahun terakhir.
Mount Etna
Terbesar dari tiga gunung berapi aktif di Italia terletak 3,329 meter diatas permukaan laut di pesisir timur Sisilia. Salah satu gunung berapi yang paling aktif di dunia, Gunung Etna adalah dalam keadaan hampir konstan. Yang paling terakhir adalah letusan abu pada bulan April 2010.
Mount Nyiragongo
Gunung Nyiragongo terletak di Taman Nasional Virunga di Republik Demokratik Kongo. Mempunyai kawah dengan lebar sekitar 2 km. Sejak 1882, ia telah meletus sedikitnya 34 kali. Lava Nyiragongo terus turun dengan kecepatan hingga 60 mph.
Whakaari / White Island
Pulau putih terletak biaya 28 km timur Pulau Utara Selandia Baru. Letusan telah terjadi di sini baik aliran lava dan abu ledakan. Letusan terbesar terjadi di tahun 1981-1983 banyak mengubah lanskap, dan ada juga letusan pada tahun 2000 dan 2001.
Mount St Helens
Gunung St Helens terletak di Skamania County, Washington, USA. Hal yang paling terkenal darisini mungkin letusan pada bulan Mei 1980 yang menyebabkan 57 kematian dan kerusakan properti selama lebih dari 230 mil persegi. Pada tahun 2008 uap lagi mulai merembes dari rekahan di kubah lava.
Kilauea
Kilauea merupakan gunung berapi aktif di Kepulauan Hawaii dan merupakan salah satu dari lima gunung berapi yang bersama-sama membentuk pulau. Letusan saat ini dimulai pada bulan Januari 1983 dan terus menghasilkan aliran lava yang berjalan dari ventilasi melalui jaringan yang dibuang ke laut. Letusan ini telah meliputi lebih dari 117 km persegi dan dibangun dari laut kedalaman 2 km.
Soufrière Hills
Ini gunung berapi Soufrière Hills mencakup banyak kubah lava yang membentuk puncaknya di pulau Karibia Montserrat. Setelah lama tertidur, ia menjadi aktif pada tahun 1995 dan terus meletus. Lebih baru-baru ini, 5 Februari 2010 ledakan mendorong arus awan di beberapa bagian gunung itu pada suatu waktu.
Popocatépetl
Popocatépetl adalah puncak tertinggi kedua di Meksiko pada 5,426 meter, dan terletak sekitar 70 km tenggara Mexico City. Hal ini mungkin salah satu gunung yang paling berbahaya di Meksiko dengan lebih dari 20 letusan besar sejak 1519. Yang paling baru mulai pada bulan Desember 1994 dan sejak itu telah aktivitas gunung berapi hampir terus menerus.
Sakurajima
Awalnya sebuah pulau, setelah aliran lava dari letusan 1914 dari Sakurajima sekarang terhubung ke Semenanjung Osumi di Jepang. Aktivitas Sakurajima menjadi lebih menonjol lagi pada tahun 1955, dan gunung berapi telah meletus hampir terus-menerus sejak itu, dengan 7.300 letusan tercatat dalam 45 tahun terakhir
sumber: kaskus.us
Tuesday, April 20, 2010
Bani Abbasiyah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
|
Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: العبّاسدين, al-Abbāsidīn) adalah kekedua Islam yang khalifahan berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.
Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.
[sunting] Pendahuluan
Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak dan akhirnya pada tahun 750, Abu al-Abbas al-Saffah berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik sebagai khalifah.
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan.
Meskipun begitu, kekhalifahan tetap bertahan sebagai simbol yang menyatukan umat Islam. Pada masa pemerintahannya, Bani Abbasiyah mengklaim bahwa dinasti mereka tak dapat disaingi. Namun kemudian, Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengaku dari keturunan anak perempuannya Nabi Muhammad, mengklaim dirinya sebagai Khalifah pada tahun 909, sehingga timbul kekuasaan ganda di daerah Afrika Utara. Pada awalnya ia hanya menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya. Namun kemudian, ia mulai memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina, sebelum akhirnya Bani Abbasyiah berhasil merebut kembali daerah yang sebelumnya telah mereka kuasai, dan hanya menyisakan Mesir sebagai daerah kekuasaan Bani Fatimiyyah. Dinasti Fatimiyyah kemudian runtuh pada tahun 1171. Sedangkan Bani Umayyah bisa bertahan dan terus memimpin komunitas Muslim di Spanyol, kemudian mereka mengklaim kembali gelar Khalifah pada tahun 929, sampai akhirnya dijatuhkan kembali pada tahun 1031.
[sunting] Menuju puncak keemasan
Khilafah Abbasiyah merupakan kelanjutan dari khilafah sebelumnya dari Bani Umayyah, dimana pendiri dari khilafah ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s/d. 656 H (1258 M).
Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:
- Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Arab dan Persia pertama.
- Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
- Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
- Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
- Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbas mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Masa pemerintahan Abu al-Abbas, pendiri dinasti ini sangat singkat, yaitu dari tahun 750-754 M. Selanjutnya digantikan oleh Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M), yang keras menghadapi lawan-lawannya terutama dari Bani Umayyah, Khawarij, dan juga Syi'ah. Untuk memperkuat kekuasaannya, tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan baginya satu per satu disingkirkannya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir dibunuh karena tidak bersedia membaiatnya, al-Manshur memerintahkan Abu Muslim al-Khurasani melakukannya, dan kemudian menghukum mati Abu Muslim al-Khurasani pada tahun 755 M, karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing baginya.
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Clesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, diantaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Bani Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat. Pada masa al-Manshur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Khalifah al-Manshur berusaha menaklukkan kembali daerah-daerah yang sebelumnya membebaskan diri dari pemerintah pusat, dan memantapkan keamanan di daerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Coppadocia dan Cicilia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosphorus. Di pihak lain, dia berdamai dengan kaisar Constantine V dan selama gencatan senjata 758-765 M, Bizantium membayar upeti tahunan. Bala tentaranya juga berhadapan dengan pasukan Turki Khazar di Kaukasus, Daylami di laut Kaspia, Turki di bagian lain Oksus dan India.
Pada masa al-Manshur ini, pengertian khalifah kembali berubah. Dia berkata:
“ | Innama anii Sulthan Allah fi ardhihi (sesungguhnya saya adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya) | ” |
Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya dan berlanjut ke generasi sesudahnya merupakan mandat dari Allah, bukan dari manusia, bukan pula sekedar pelanjut Nabi sebagaimana pada masa al- Khulafa' al-Rasyiduun. Disamping itu, berbeda dari daulat Bani Umayyah, khalifah-khalifah Abbasiyah memakai "gelar tahta", seperti al-Manshur, dan belakangan gelar tahta ini lebih populer daripada nama yang sebenarnya.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas as-Saffah dan al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775- 786 M), Harun Ar-Rasyid (786-809 M), al-Ma'mun (813-833 M), al-Mu'tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara Timur dan Barat juga banyak membawa kekayaan. Bashrah menjadi pelabuhan yang penting.
Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid Rahimahullah (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Kekayaan negara banyak dimanfaatkan Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, dan mendirikan rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi. Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak tertandingi.
Al-Ma'mun, pengganti Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu filsafat. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia menggaji penerjemah-penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lain yang ahli (wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah). Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Baitul-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Ma'mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Al-Mu'tasim, khalifah berikutnya (833-842 M), memberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tidak seperti pada masa Daulah Umayyah, dinasti Abbasiyah mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktek orang-orang muslim mengikuti perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat kuat. Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan itu seperti gerakan sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-Khawarij di Afrika Utara, gerakan Zindiq di Persia, gerakan Syi'ah, dan konflik antar bangsa dan aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
Dari gambaran di atas Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Inilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah. Disamping itu, ada pula ciri-ciri menonjol dinasti Bani Abbas yang tak terdapat di zaman Bani Umayyah.
- Dengan berpindahnya ibu kota ke Baghdad, pemerintahan Bani Abbas menjadi jauh dari pengaruh Arab Islam. Sedangkan dinasti Bani Umayyah sangat berorientasi kepada Arab Islam. Dalam periode pertama dan ketiga pemerintahan Abbasiyah, pengaruh kebudayaan Persia sangat kuat, dan pada periode kedua dan keempat bangsa Turki sangat dominan dalam politik dan pemerintahan dinasti ini.
- Dalam penyelenggaraan negara, pada masa Bani Abbas ada jabatan wazir, yang membawahi kepala-kepala departemen. Jabatan ini tidak ada di dalam pemerintahan Bani Umayyah.
- Ketentaraan profesional baru terbentuk pada masa pemerintahan Bani Abbas. Sebelumnya, belum ada tentara khusus yang profesional.
Sebagaimana diuraikan di atas, puncak perkembangan kebudayaan dan pemikiran Islam terjadi pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi, tidak berarti seluruhnya berawal dari kreativitas penguasa Bani Abbas sendiri. Sebagian di antaranya sudah dimulai sejak awal kebangkitan Islam. Dalam bidang pendidikan, misalnya, di awal Islam, lembaga pendidikan sudah mulai berkembang. Ketika itu, lembaga pendidikan terdiri dari dua tingkat:
- Maktab/Kuttab dan masjid, yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak mengenal dasar-dasar bacaan, hitungan dan tulisan; dan tempat para remaja belajar dasar-dasar ilmu agama, seperti tafsir, hadits, fiqh dan bahasa.
- Tingkat pendalaman, dimana para pelajar yang ingin memperdalam ilmunya, pergi keluar daerah menuntut ilmu kepada seorang atau beberapa orang ahli dalam bidangnya masing-masing. Pada umumnya, ilmu yang dituntut adalah ilmu-ilmu agama. Pengajarannya berlangsung di masjid-masjid atau di rumah-rumah ulama bersangkutan. Bagi anak penguasa pendidikan bisa berlangsung di istana atau di rumah penguasa tersebut dengan memanggil ulama ahli ke sana.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Disamping itu, kemajuan itu paling tidak, juga ditentukan oleh dua hal, yaitu:
- Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Bani Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bangsa itu memberi saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh Persia, sebagaimana sudah disebutkan, sangat kuat di bidang pemerintahan. Disamping itu, bangsa Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.
- Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah al-Manshur hingga Harun Ar-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan manthiq. Fase kedua berlangsung mulai masa khalifah al-Ma'mun hingga tahun 300 H. Buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.
Pengaruh dari kebudayaan bangsa yang sudah maju tersebut, terutama melalui gerakan terjemahan, bukan saja membawa kemajuan di bidang ilmu pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Dalam bidang tafsir, sejak awal sudah dikenal dua metode, penafsiran pertama, tafsir bi al-ma'tsur, yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al-ra'yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra'yi, (tafsir rasional), sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal yang sama juga terlihat dalam ilmu fiqh dan terutama dalam ilmu teologi. Perkembangan logika di kalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
Imam-imam madzhab hukum yang empat hidup pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama. Imam Abu Hanifah Rahimahullah (700-767 M) dalam pendapat-pendapat hukumnya dipengaruhi oleh perkembangan yang terjadi di Kufah, kota yang berada di tengah-tengah kebudayaan Persia yang hidup kemasyarakatannya telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi. Karena itu, mazhab ini lebih banyak menggunakan pemikiran rasional daripada hadits. Muridnya dan sekaligus pelanjutnya, Abu Yusuf, menjadi Qadhi al-Qudhat di zaman Harun Ar-Rasyid. Berbeda dengan Imam Abu Hanifah, Imam Malik Rahimahullah (713-795 M) banyak menggunakan hadits dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh mazhab hukum itu ditengahi oleh Imam Syafi'i Rahimahullah (767-820 M), dan Imam Ahmad ibn Hanbal Rahimahullah (780-855 M) yang mengembalikan sistim madzhab dan pendapat akal semata kepada hadits Nabi serta memerintahkan para muridnya untuk berpegang kepada hadits Nabi serta pemahaman para sahabat Nabi. Hal ini mereka lakukan untuk menjaga dan memurnikan ajaran Islam dari kebudayaan serta adat istiadat orang-orang non-Arab. Disamping empat pendiri madzhab besar tersebut, pada masa pemerintahan Bani Abbas banyak para mujtahid lain yang mengeluarkan pendapatnya secara bebas dan mendirikan madzhab-nya pula. Akan tetapi, karena pengikutnya tidak berkembang, pemikiran dan mazhab itu hilang bersama berlalunya zaman.
Aliran-aliran sesat yang sudah ada pada masa Bani Umayyah, seperti Khawarij, Murji’ah dan Mu'tazilah pun ada. Akan tetapi perkembangan pemikirannya masih terbatas. Teologi rasional Mu'tazilah muncul di ujung pemerintahan Bani Umayyah. Namun, pemikiran-pemikirannya yang lebih kompleks dan sempurna baru mereka rumuskan pada masa pemerintahan Bani Abbas periode pertama, setelah terjadi kontak dengan pemikiran Yunani yang membawa pemikiran filsafat dan rasionalisme dalam Islam. Tokoh perumus pemikiran Mu'tazilah yang terbesar adalah Abu al-Huzail al-Allaf (135-235 H/752-849M) dan al-Nazzam (185-221 H/801-835M). Asy'ariyah, aliran tradisional di bidang teologi yang dicetuskan oleh Abu al-Hasan al-Asy'ari (873-935 M) yang lahir pada masa Bani Abbas ini juga banyak sekali terpengaruh oleh logika Yunani. Ini terjadi, karena al-Asy'ari sebelumnya adalah pengikut Mu'tazilah. Hal yang sama berlaku pula dalam bidang sastra. Penulisan hadits, juga berkembang pesat pada masa Bani Abbas. Hal itu mungkin terutama disebabkan oleh tersedianya fasilitas dan transportasi, sehingga memudahkan para pencari dan penulis hadits bekerja.
Pengaruh gerakan terjemahan terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia dan sejarah. Dalam lapangan astronomi terkenal nama al-Fazari sebagai astronom Islam yang pertama kali menyusun astrolobe. Al-Farghani, yang dikenal di Eropa dengan nama Al-Faragnus, menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam lapangan kedokteran dikenal nama ar-Razi dan Ibnu Sina. Ar-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibn Sina. Ibnu Sina yang juga seorang filosof berhasil menemukan sistem peredaran darah pada manusia. Diantara karyanya adalah al-Qoonuun fi al-Thibb yang merupakan ensiklopedi kedokteran paling besar dalam sejarah.
Dalam bidang optikal Abu Ali al-Hasan ibn al-Haitsami, yang di Eropa dikenal dengan nama Alhazen, terkenal sebagai orang yang menentang pendapat bahwa mata mengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurut teorinya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata. Di bidang kimia, terkenal nama Jabir ibn Hayyan. Dia berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga dapat diubah menjadi emas atau perak dengan mencampurkan suatu zat tertentu. Di bidang matematika terkenal nama Muhammad ibn Musa al-Khawarizmi, yang juga mahir dalam bidang astronomi. Dialah yang menciptakan ilmu aljabar. Kata aljabar berasal dari judul bukunya, al-Jabr wa al-Muqoibalah. Dalam bidang sejarah terkenal nama al-Mas'udi. Dia juga ahli dalam ilmu geografi. Diantara karyanya adalah Muuruj al-Zahab wa Ma'aadzin al-Jawahir.
Tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat, antara lain al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Al-Farabi banyak menulis buku tentang filsafat, logika, jiwa, kenegaraan, etika dan interpretasi terhadap filsafat Aristoteles. Ibn Sina juga banyak mengarang buku tentang filsafat, yang terkenal diantaranya ialah asy-Syifa'. Ibnu Rusyd yang di Barat lebih dikenal dengan nama Averroes, banyak berpengaruh di Barat dalam bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang disebut dengan Averroisme. Pada masa kekhalifahan ini, dunia Islam mengalami peningkatan besar-besaran di bidang ilmu pengetahuan. Salah satu inovasi besar pada masa ini adalah diterjemahkannya karya-karya di bidang pengetahuan, sastra, dan filosofi dari Yunani, Persia, dan Hindustan.
Banyak golongan pemikir lahir zaman ini, banyak diantara mereka bukan Islam dan bukan Arab Muslim. Mereka ini memainkan peranan yang penting dalam menterjemahkan dan mengembangkan karya Kesusasteraan Yunani dan Hindu, dan ilmu zaman pra-Islam kepada masyarakat Kristen Eropa. Sumbangan mereka ini menyebabkan seorang ahli filsafat Yunani yaitu Aristoteles terkenal di Eropa. Tambahan pula, pada zaman ini menyaksikan penemuan ilmu geografi, matematika, dan astronomi seperti Euclid dan Claudius Ptolemy. Ilmu-ilmu ini kemudiannya diperbaiki lagi oleh beberapa tokoh Islam seperti Al-Biruni dan sebagainya.
Demikianlah kemajuan politik dan kebudayaan yang pernah dicapai oleh pemerintahan Islam pada masa klasik, kemajuan yang tidak ada tandingannya di kala itu. Pada masa ini, kemajuan politik berjalan seiring dengan kemajuan peradaban dan kebudayaan, sehingga Islam mencapai masa keemasan, kejayaan dan kegemilangan. Masa keemasan ini mencapai puncaknya terutama pada masa kekuasaan Bani Abbas periode pertama, namun setelah periode ini berakhir, peradaban Islam juga mengalami masa kemunduran. Wallahul Musta’an.
[sunting] Pengaruh Mamluk
Kekhalifahan Abbasiyah adalah yang pertama kali mengorganisasikan penggunaan tentara-tentara budak yang disebut Mamluk pada abad ke-9. Dibentuk oleh Al-Ma'mun, tentara-tentara budak ini didominasi oleh bangsa Turki tetapi juga banyak diisi oleh bangsa Berber dari Afrika Utara dan Slav dari Eropa Timur. Ini adalah suatu inovasi sebab sebelumnya yang digunakan adalah tentara bayaran dari Turki.
Bagaimanapun tentara Mamluk membantu sekaligus menyulitkan kekhalifahan Abbasiyah. karena berbagai kondisi yang ada di umat muslim saat itu pada akhirnya kekhalifahan ini hanya menjadi simbol dan bahkan tentara Mamluk ini, yang kemudian dikenal dengan Bani Mamalik berhasil berkuasa, yang pada mulanya mengambil inisiatif merebut kekuasaan kerajaan Ayyubiyyah yang pada masa itu merupakan kepanjangan tangan dari khilafah Bani Abbas, hal ini disebabkan karena para penguasa Ayyubiyyah waktu itu kurang tegas dalam memimpin kerajaan. Bani Mamalik ini mendirikan kesultanan sendiri di Mesir dan memindahkan ibu kota dari Baghdad ke Cairo setelah berbagai serangan dari tentara tartar dan kehancuran Baghdad sendiri setelah serangan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Walaupun berkuasa Bani Mamalik tetap menyatakan diri berada di bawah kekuasaan (simbolik) kekhalifahan, dimana khalifah Abbasiyyah tetap sebagai kepala negara.
[sunting] Pengaruh Bani Buwaih
Faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan, dengan membiarkan jabatan tetap dipegang bani Abbas, karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi, sedangkan kekusaan dapat didirikan di pusat maupun daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Diantara faktor lain yang menyebabkan peran politik Bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya. Tetapi, apa yang terjadi pada pemerintahan Abbasiyah berbeda dengan yang terjadi sebelumnya.
Pada masa pemerintahan Bani Abbas, perebutan kekuasaan sering terjadi, terutama di awal berdirinya. Akan tetapi, pada masa-masa berikutnya, seperti terlihat pada periode kedua dan seterusnya, meskipun khalifah tidak berdaya, tidak ada usaha untuk merebut jabatan khilafah dari tangan Bani Abbas. Yang ada hanyalah usaha merebut kekuasaannya dengan membiarkan jabatan khalifah tetap dipegang Bani Abbas. Hal ini terjadi karena khalifah sudah dianggap sebagai jabatan keagamaan yang sakral dan tidak bisa diganggu gugat lagi. Sedangkan kekuasaan dapat didirikan di pusat maupun di daerah yang jauh dari pusat pemerintahan dalam bentuk dinasti-dinasti kecil yang merdeka. Tentara Turki berhasil merebut kekuasaan tersebut. Di tangan mereka khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka. Setelah kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334-447 H/l055 M), daulah Abbasiyah berada di bawah pengaruh kekuasaan Bani Buwaih yang berpaham Syi'ah.
[sunting] Pengaruh Bani Seljuk
Setelah jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Bani Seljuk atau Salajiqah Al-Kubro (Seljuk Agung), posisi dan kedudukan khalifah Abbasiyah sedikit lebih baik, paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan untuk membendung faham Syi'ah dan mengembangkan manhaj Sunni yang dianut oleh mereka.
[sunting] Kemunduran
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada masa ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
- Luasnya wilayah kekuasaan daulah Abbasiyyah sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya di kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
- Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
- Keuangan negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran sangat besar. Pada saat kekuatan militer menurun, khalifah tidak sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
[sunting] Masa Disintegrasi (1000-1250 M)
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas, dengan berbagai cara diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh.
Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman Bani Umayyah. Akan tetapi berbicara tentang politik Islam dalam lintasan sejarah, akan terlihat perbedaan antara pemerintahan Bani Umayyah dengan pemerintahan Bani Abbas. Wilayah kekuasaan Bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhannya, sejajar dengan batas-batas wilayah kekuasaan Islam. Hal ini tidak seluruhnya benar untuk diterapkan pada pemerintahan Bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-sebentar dan kebanyakan bersifat nominal. Bahkan dalam kenyataannya, banyak daerah tidak dikuasai khalifah. Secara riil, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai dengan pembayaran pajak.
Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiyah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu, dengan pembayaran upeti itu. Alasannya adalah :
- Mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya,
- Penguasa Bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan daripada politik dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbas. Ini bisa terjadi dalam salah satu dari dua cara:
- Seorang pemimpin lokal memimpin suatu pemberontakan dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko.
- Seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyyah di Khurasan.
Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Bani Idrisiyyah di Marokko, propinsi-propinsi itu pada mulanya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan-pergolakan yang muncul. Namun pada saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan khalifah, tetapi beberapa diantaranya bahkan berusaha menguasai khalifah itu sendiri.
Menurut Ibnu Khaldun, sebenarnya keruntuhan kekuasaan Bani Abbas mulai terlihat sejak awal abad kesembilan. Fenomena ini mungkin bersamaan dengan datangnya pemimpin-pemimpin yang memiliki kekuatan militer di propinsi-propinsi tertentu yang membuat mereka benar-benar independen. Kekuatan militer Abbasiyah waktu itu mulai mengalami kemunduran. Sebagai gantinya, para penguasa Abbasiyah mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran, khususnya tentara Turki dengan sistem perbudakan baru seperti diuraikan di atas. Pengangkatan anggota militer Turki ini, dalam perkembangan selanjutnya teryata menjadi ancaman besar terhadap kekuasaan khalifah. Apalagi pada periode pertama pemerintahan dinasti Abbasiyah, sudah muncul fanatisme kebangsaan berupa gerakan syu'u arabiyah (kebangsaan/anti Arab).
Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik, disamping persoalan-persoalan keagamaan. Nampaknya, para khalifah tidak sadar akan bahaya politik dari fanatisme kebangsaan dan aliran keagamaan itu, sehingga meskipun dirasakan dalam hampir semua segi kehidupan, seperti dalam kesusasteraan dan karya-karya ilmiah, mereka tidak bersungguh-sungguh menghapuskan fanatisme tersebut, bahkan ada diantara mereka yang justru melibatkan diri dalam konflik kebangsaan dan keagamaan itu.
Masa disintegrasi ini terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan.
Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran itu tidak datang secara tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena khalifah pada periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai kepala pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan. Disamping kelemahan khalifah, banyak faktor lain yang menyebabkan khilafah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:
[sunting] Persaingan antar Bangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab.
- Sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu.
- Orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah (kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas ashabiyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab ('ajam).
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat. Akibatnya, disamping fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu'ubiyah.
Fanatisme kebangsaan ini nampaknya dibiarkan berkembang oleh penguasa. Sementara itu, para khalifah menjalankan sistem perbudakan baru. Budak-budak bangsa Persia atau Turki dijadikan pegawai dan tentara. Mereka diberi nasab dinasti dan mendapat gaji. Oleh Bani Abbas, mereka dianggap sebagai hamba. Sistem perbudakan ini telah mempertinggi pengaruh bangsa Persia dan Turki. Karena jumlah dan kekuatan mereka yang besar, mereka merasa bahwa negara adalah milik mereka; mereka mempunyai kekuasaan atas rakyat berdasarkan kekuasaan khalifah. Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah al-Mutawakkil, seorang khalifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara Turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya sudah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia, pada periode ketiga, dan selanjutnya beralih kepada Dinasti Seljuk pada periode keempat, sebagaimana diuraikan terdahulu.
Munculnya dinasti-dinasti yang lahir dan ada yang melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khilafah Abbasiyah, diantaranya adalah:
[sunting] Yang berbangsa Persia:
- Bani Thahiriyyah di Khurasan, (205-259 H/820-872 M).
- Bani Shafariyah di Fars, (254-290 H/868-901 M).
- Bani Samaniyah di Transoxania, (261-389 H/873-998 M).
- Bani Sajiyyah di Azerbaijan, (266-318 H/878-930 M).
- Bani Buwaih, bahkan menguasai Baghdad, (320-447 H/ 932-1055 M).
[sunting] Yang berbangsa Turki:
- Thuluniyah di Mesir, (254-292 H/837-903 M).
- Ikhsyidiyah di Turkistan, (320-560 H/932-1163 M).
- Ghaznawiyah di Afganistan, (351-585 H/962-1189 M).
- Bani Seljuk/Salajiqah dan cabang-cabangnya:
- a. Seljuk besar, atau Seljuk Agung, didirikan oleh Rukn al-Din Abu Thalib Tuqhril Bek ibn Mikail ibn Seljuk ibn Tuqaq. Seljuk ini menguasai Baghdad dan memerintah selama sekitar 93 tahun (429-522H/1037-1127 M). Dan Sulthan Alib Arselan Rahimahullah memenangkan Perang Salib ke I atas kaisar Romanus IV dan berhasil menawannya.
- b. Seljuk Kinnan di Kirman, (433-583 H/1040-1187 M).
- c. Seljuk Syria atau Syam di Syria, (487-511 H/1094-1117 M).
- d. Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan, (511-590 H/1117-1194 M).
- e. Seljuk Ruum atau Asia kecil di Asia tengah(Jazirah Anatolia), (470-700 H/1077-1299 M).
[sunting] Yang berbangsa Kurdi:
- al-Barzuqani, (348-406 H/959-1015 M).
- Abu 'Ali, (380-489 H/990-1095 M).
- al-Ayyubiyyah, (564-648 H/1167-1250 M), didirikan oleh Sulthan Shalahuddin al-ayyubi setelah keberhasilannya memenangkan Perang Salib periode ke III.
[sunting] Yang berbangsa Arab:
- Idrisiyyah di Maghrib, (172-375 H/788-985 M).
- Aghlabiyyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M).
- Dulafiyah di Kurdistan, (210-285 H/825-898 M).
- 'Alawiyah di Thabaristan, (250-316 H/864-928 M).
- Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil, (317-394 H/929- 1002 M).
- Mazyadiyyah di Hillah, (403-545 H/1011-1150 M).
- Ukailiyyah di Maushil, (386-489 H/996-1 095 M).
- Mirdasiyyah di Aleppo, (414-472 H/1023-1079 M).
[sunting] Yang mengaku dirinya sebagai khilafah:
- Umawiyah di Spanyol.
- Daulah Syi’ah Fathimiyah di Mesir.
Dari latar belakang dinasti-dinasti itu, nampak jelas adanya persaingan antarbangsa, terutama antara Arab, Persia dan Turki. Disamping latar belakang kebangsaan, dinasti-dinasti itu juga dilatar belakangi paham keagamaan, ada yang berlatar belakang Syi'ah maupun Sunni.
[sunting] Kemerosotan Ekonomi
Khilafah Abbasiyah juga mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Baitul-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh antara lain dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan negara menurun sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat. diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah. jenis pengeluaran makin beragam dan para pejabat melakukan korupsi. Kondisi politik yang tidak stabil menyebabkan perekonomian negara morat-marit. Sebaliknya, kondisi ekonomi yang buruk memperlemah kekuatan politik dinasti Abbasiyah kedua, faktor ini saling berkaitan dan tak terpisahkan.
[sunting] Munculnya aliran-aliran sesat dan fanatisme kesukuan.
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid'ah. Akan tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah adalah contoh konflik bersenjata itu.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik ajaran Syi'ah, sehingga banyak aliran Syi'ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi'ah sendiri. Aliran Syi'ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan paham Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862 M.), kembali memperkenankan orang Syi'ah "menziarahi" makam Husein tersebut. Syi'ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir adalah dua dinasti Syi'ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi'ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam. Mu'tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid'ah oleh golongan salafy. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma'mun, khalifah ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu'tazilah sebagai mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861 M), aliran Mu'tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan Sunni kembali naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu'tazilah yang rasional dipandang oleh tokoh-tokoh ahli filsafat telah menyempitkan horizon intelektual padahal para salaf telah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam secara murni sesuai dengan yang dibawa oleh Rasulullah.
Aliran Mu'tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa Dinasti Seljuk yang menganut paham Sunni, penyingkiran golongan Mu'tazilah mulai dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy'ariyah tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini menjadi ciri utama paham Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam konon sampai sekarang.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“ | Agama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam seperti juga agama Isa ‘alaihis salaam, terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia. Soal kehendak bebas manusia... telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam ...Pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah ... menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga | ” |
[sunting] Ancaman dari Luar
Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan khilafah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur.
- Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
- Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, diantara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib. Pengaruh perang salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahlul-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki Yerusalem.
[sunting] Perang Salib
Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, saat Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen. Sebagaimana sebelumhnya tentara Sulthan Alp Arselan Rahimahullah tahun 464 H (1071 M), yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 2.000.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia, peristiwa ini dikenal dengan peristiwa Manzikert.
Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak daulah kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.
[sunting] Serangan Bangsa Mongol dan Jatuhnya Baghdad
Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta'shim, penguasa terakhir Bani Abbas di Baghdad (1243 - 1258), betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu membendung "topan" tentara Hulagu Khan.
Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami ingin mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah, "Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Hulagu Khan ingin mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr Ibn Mu'tashim, putera khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap sulthan-sulthan Seljuk".
Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung secara bergiliran.
Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan, Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan tersebut.
[sunting] Kronologi Kekhalifahan Bani Abbasiyyah
- 750 - Abu al-Abbas al-Saffah menjadi Khalifah pertama Bani Abbasiyah.
- 752 - Bermulanya Kekhalifahan Bani Abbasiyah.
- 755 - Pemberontakan Abdullah bin Ali. Pembunuhan Abu Muslim.
- 756 - Abd ar-Rahman I mendirikan kerajaan Bani Umayyah di Spanyol.
- 763 - Pembangunan kota Bagdad. Kekalahan tentara Abbasiyyah di Spanyol.
- 786 - Harun ar-Rasyid menjadi Khalifah.
- 792 - Serangan ke utara Perancis.
- 800 - Kaidah keilmuan mulai terbentuk. Aljabar diciptakan oleh Al-Khawarizmi.
- 805 - Kampanye melawan Byzantium. Merebut Pulau Rhodes dan Siprus.
- 809 - wafatnya Harun ar-Rasyid. al-Amin dilantik menjadi khalifah.
- 814 - Perang saudara antara al-Amin dan al-Ma'mun. al-Amin terbunuh dan al-Ma'mun menjadi khalifah.
- 1000 - Masjid Besar Cordoba dibangun.
- 1005 - Multan dan Ghur ditawan.
- 1055 - Baghdad dikuasai oleh tentara Turki Seljuk. Pemerintahan Abbasiyah-Seljuk dimulai sampai sekitar tahun 1258 ketika tentara Mongol menghancurkan Baghdad.
- 1071 - Peristiwa Manzikert. Sulthan Alp Arselan beserta pasukannya yang hanya berjumlah 15.000 tentara berhasil mengalahkan gabungan tentara salib yang dipimpim oleh Kaisar Romanus IV yang berjumlah 200.000 tentara.
- 1072 - Sulthan Alp Arselan berhasil menguasai Asia Tengah (Anatolia). dan meneruskan kepungannya terhadap kerajaan Byzantium.
- 1085 - Tentara Kristen menawan Toledo, Spanyol.
- 1091 - Bangsa Norman merebut Sisilia, pemerintahan Muslim di sana berakhir.
- 1095 - Perang Salib pertama dimulai.
- 1099 - Tentara Salib merebut Baitulmuqaddis. Mereka membunuh semua penduduknya.
- 1144 - Nur al-Din merebut Edessa dari tentara Salib. Perang Salib Kedua dimulai.
- 1187 - Salahuddin Al-Ayubbi merebut Baitulmuqaddis dari tentara Salib. Perang Salib Ketiga dimulai.
- 1194 - Tentara Muslim merebut Delhi, India.
- 1236 - Tentara Salib merebut Cordoba, Spanyol.
- 1258 - Tentara Mongol menyerang dan memusnahkan Baghdad. Ribuan penduduk terbunuh. Kejatuhan Baghdad. Tamatnya pemerintahan Kerajaan Bani Abbasiyyah di Baghdad.
[sunting] Silsilah para khalifah
Dibawah ini merupakan silsilah para khalifah dari Bani Abbasiyah, mulai dari Abbas bin Abdul-Muththalib sampai khalifah terakhir dari Bani Abbasiyah yang berkuasa di Baghdad.
[1] Catatan:
- k. merupakan tahun kekuasaan
- Angka, merupakan nomor urut seseorang menjadi khalifah.
- Nama dengan huruf kapital merupakan khalifah yang berkuasa.