Saturday, January 19, 2008

Belajar Cepat Murotal 120 Menit

BELAJAR CEPAT MUROTAL 120 MENIT*

Oleh : Asep Ridwan H, S.Hi*

BAB I

TASHIN, TARTIL DAN TAHFIDZ

A. Pendahuluan

Al Qur’an bisa dikatakan sebagai kitab suci yang unik, karena dibandingkan dengan kitab suci samawi lainnya Al Qur’an memiliki banyak dimensi. Yang saya maksud disini adalah; bahwa ketika kitab suci samawi lainnya hanya memiliki fungsi sebagai pedoman hidup umatnya, maka al Qur’an hadir dengan berbagai dimensinya.

Fungsi utama al Qur’an adalah pedoman bagi umat nabi Muhammad sebagai wahyu Allah yang harus diyakini dan diamalkan. Keimanan terhadap al Qur’an merupakan suatu dasar dari pokok keimanan aqidah Islam. Isi al Qur’an adalah suatu aturan bagi manusia yang kita namai sebagai syari’at. Disinilah alasan sehingga al Qur’an memiliki banyak nama terakit dengan fungsinya, seperti : Al Huda yang berarti petunjuk, al Bayan yang berarti memberikan penjelasan bagi manusia, Al tadzkir yang berarti pengingat, Al furqon yang berate pembeda antara yang benar dan salah, dan lain-lain.

Akan tetapi yang menarik adalah bahwa kehadiran al Qur’an tidak hanya berada dalam dimensi aqidah dan syari’ah saja, Ia juga hadir dalam dimensi lain diantaranya :

a. Medis / Al Syifaa ; al Qur’an merupakan obat bagi orang yang sakit. Dalam kedudukannya sebagai obat memiliki dua fungsi, yaitu obat penyakit yang bersifat jasadi dan ruhani.

b. Dimensi Mistis ; suatu saat Rasulullah pernah diguna-guna oleh seorang penenung hingga kemudian turun surat al Falaq sebagai penangkal dari kekuatan sihir.

c. Dimensi ilmu pengetahuan ; al qur’an banyk memberikan pengetahuan bagi manusia baik bidang medis, fisika, dll.

d. Dimensi estetis ; salah satu kemu’jizatan al Qur’an adalah dari sisi keindahan bahasa dan bacaannya.

e. Dimensi ibadah ; al qur’an merupakan media ibadah melalui pembacaannya. Al Qur’an sendiri secara lughowi berarti bacaan – berasal dari kata qara’a artinya membaca. Dan untuk menjadikannya bernilai ibadah maka membaca al Qur’an menggunakan ilmu tersendiri.

B. Keutamaan Hamil al Qur’an

Hamala secara bahasa berarti mengandung atau membawa. Adapun haamil adalah isim fa’il dari hamala yang berarti orang yang mengandung atau membawa. Yang dimaksud dengan Hamil al Qur’an adalah orang yang mengorientasikan hidup bagi al Qur’an. Hal itu bisa dilakukan secara langsung atau sesuai dengan profesinya masing-masing. Yang termasuk kedalam haamilil Qur’an diantaranya adalah :

  1. Orang yang mengamalkan al Qur’an baik dalam bentuk pengamalan maupun pengajaran.
  2. Penghafal al Qur’an
  3. Pembaca al Qur’an
  4. Yang mempelajari al Qur’an
  5. Senang Mendengarkan al Qur’an
  6. Cinta terhadap al Qur’an
  7. Orang yang membesarkan al Qur’an

Terdapat banyak sekali keutamaan membaca dan menghafal al Qur’an serta mengamalkan al Qur’an. Keutamaan haamil al Qur’an diantaranya :

1. Dirindukan surga, sebagaimana hadits Nabi saw :

ان الجنة مستقل على اربعة خصال : حامل القران, وحافظ اللسان, ومطلع الجيعن, وصائم رمضان

“Sesungguhnya surga merindukan empat golongan ; haamil al Qur’an, yang menjaga lidah, yang memberi orang yang kelaparan, dan yang puasa Ramadhan”.

2. Diberi keutamaan yang sempurna dari Allah :

مَنْ شَغَلَهُ الْقُرْآنُ وَذِكْرِي عَنْ مَسْأَلَتِي أَعْطَيْتُهُ أَفْضَلَ مَا أُعْطِي السَّائِلِينَ وَفَضْلُ كَلَامِ اللَّهِ عَلَى سَائِرِ الْكَلَامِ كَفَضْلِ اللَّهِ عَلَى خَلْقِهِ

“Barang siapa yang tersibukan dengan al Qur;an dan masalah agama maka Aku akan beri ia karuniai yang paling utama yang diminta oleh orang yang berdoa dan keutamaan kalam Allah dari semua kalam-Nya seperti karunia yang Allah berikan kepada makhluk-Nya”. HR Turmudzi.

3. Diberikan rahmat dan ketenangan :

قَالَ مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam rumahnya kemudian dibacakan kitab Allah dan bersolawat kecuali Allah akan menurunkan ketenangan dan memberikan rahmat dan para malaikat menjaga, Allah akan menyebutkan orang yang ada didalamnya”. HR Daud

4. Masuk surga dan keluarga diselamatkan dari api neraka.

وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ فَاسْتَظْهَرَهُ وَحَفِظَهُ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ وَشَفَّعَهُ فِي عَشَرَةٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِهِ كُلُّهُمْ قَدْ وَجَبَتْ لَهُمْ النَّارُ

“Barang siapa yang mempelajari al Qur’an kemudian menjelaskannya dan menjaganya maka akan masuk surga Allah dan akan diberi syafaat kepada 10 keluarganya kesemuanya diharamkannya dari api neraka”.HR. Ibnu Majah

C. Ruang Lingkup Tahsin, Tartil dan Tahfidz dalam Ulum al Qur’an

Dalam khazanah ilmu-ilmu keislaman, terdapat ulumul qur’an. Para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ulumul qur’an adalah setiap ilmu yang objek materinya adalah al Qur’an.

Secara sederhana pembagian ulmul qur’an dapat dilihat pada table berikut :

Bacaan ilmu tajwid

Ilmu maghmat / nagham

Ilmu qiroat

Ulum al Qur’an Penulisan rasm al Qur’an

Tartibul ayah wa al surah

Kandungan/tafsir I’jaz al Qur’an, Aqsam al Qur’an, amtsal al Qur’an, Muhkam mutasyabih, nasikh mansukh, nuzul al Qur’an, al maki wa al madani, qisos al Qur’an, qawaid tafsir, dll.

Ilmu Tajwid, Ilmu Qiroat dan Ilmu Nagham

Ketiga ilmu diatas merupakan ilmu yang digunakan dalam membaca al Qur’an. Definisi dari ketiga ilmu tersebut adalah sebagai berikut :

Ilmu Tajwid

Tajwid secara bahasa adalah at tahsiinu yang berarti membaguskan. sedangkan menurut terminology para ulama adalah :

علم يعرف به أعطاء كل حرف حقه ومستحقه من الصفات والمدود و غير ذالك كالترقيق والتفخيم ونحوهما

“Ilmu yang dengannya bias mengetahui cara memberikan kepada setiap huruf hak dan mustahaqnya yang terdiri atas sifat-sifat huruf, hukum mad dan lain sebagainya. Sebagai contoh adalah tarqiq, tafkhim dan yang semisalnya”.

Ulama ahli tajwid menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hak huruf adalah hukum yang menempel terhadap huruf sedari asalnya, seperti hukum makhroj dan sifat. Sedangkan mustahaq huruf adalah hukum baru yang timbul setelah huruf berpadu dengan huruf lainnya.

Objek daripada ilmu tajwid tiada lain adalah huruf-huruf hijaiyah, baik ketika ia sedang bersendirian (makhorijul huruf dan sifatul huruf), atau ketika huruf sudah berhubungan dengan huruf lain baik dalam satu kalimat maupun lebih (ahkamul huruf, ahkamul mad),maupun ketika huruf sudah membentuk suatu kalimat dan hubungannya dengan kalimat lain dalam satu ayat atau lebih (ahkamul waqfi wal ibtida).

Ilmu Qiroat

Ilmu qiroat adalah ilmu yang mempelajari perbedaan lafadz–lafadz al Qur’an baik yang disepakati maupun yang iktilaf oleh para ahli qiroat yang diperoleh melalui periwayatan.

Contoh :

Dalam membaca بالاخرة

Ada ulama ahli qiroat yang membaca sesuai dengan tulisan tersebut adalah juga yang di-ibdal-kan (digantikan posisi harkat) menjadi بلاخرة

Objek daripada ilmu qiroat adalah kalimat-kalimat dalam al Qur’an dalam hal perbedaan bacaannya.

Adapun qiroat yang mutawatir, yaitu ada tujuh yang disebut dengan qiroat sab’ah.

Qiroat sab’ah ini terbagi menjadi beberapa kelompok. Pengklasifikasian didasarkan kepada panjang dan pendeknya bacaan mad jaiz munfashil.

- kelompok yang membacanya dua harkat ( قصر ) disebut dengan kelompok حـــدر (cepat).

- kelompok yang membacanya 4 harkat ( توســــــط ) disebut dengan kelompok تــد ويــر (pertengahan)

- Kelompok yang membacanya 6 harkat ( طــــول ) disebut dengan kelompok تــرتــيـل (lambat)

حدر نافع قالون

ابن كثير بزي

قنبول

ابو عمروا سوسي

دوري ابى عمروا

مــراتــب القــراة تدوير ابن عامر ابن دكوان

Martabat هشام

pembacaan كسائي ابن الحارث

al Qur’an دوري كسائى

ترتيل عاصم حفص

شعبة

همزة خلاف

خلاد

ورش

Ilmu Nagham

Ilmu nagham adalah ilmu lagu al Qur’an. Yaitu ilmu yang mempelajari lagu-lagu yang digunakan dalam membaca al Qur’an. Tingkatan dalam pembacaan al Qur’an berdasarkan penggunaan lagu terdiri dari tiga tingkatan :

  1. Mu’allam ; adalah membaca al Qur’an pada tingkat belajar, sehingga pembacaan difokuskan pada benar atau salahnya bacaan dan tidak menggunakan lagu. Dalam beberapa hal mu’allam memiliki persamaan dengan tahsin.
  2. Murottal ; adalah membaca al Qur’an yang menfokuskan pada dua hal yaitu kebenaran bacaan dan lagu al Qur’an. Karena konsentrasi bacaan difokuskan pada penerapan tajwid sekaligus lagu, maka porsi lagu qur’an tidak dibawakan sepenuhnya. Hanya pada nada asli atau jawab dengan tingkat suara sedang.
  3. Mujawwad ; adalah membaca al Qur’an dengan lagunya secara sempurna baik dalam tingkatan nadanya maupun jenis dan variasi lagu.

Tahsin, Tartil dan Tahfidz

Adapun tahsin merupakan definisi dari tajwid secara bahasa yang berarti membaguskan, ia memiliki persamaan dengan الاتيان بالجيد yang berarti berupaya untuk menjadikan baik. Secara leksikal tahsin berarti membaguskan bacaan al Qur’an atau dengan kata lain membaca al Qur’an dengan sebaik-baiknya. Tentu saja untuk mencapainya berarti dengan menggunakan ilmu tajwid – tahsin adalah membaca al Qur;an dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmu tajwid.

Tartil berasal dari dari kata ratala yang memiliki arti sama dengan hasan atau tahsin yaitu membaguskan bacaan. Dalam al qur’an kata tartil terdapat dalam dua tempat, yaitu surat al Furqan ayat 32 dan al muzammil ayat 4, dan diartikan sebagai bacaan yang teratur dan benar.

Dalam khazanah ilmu qiroat, tartil merupakan tingkatan dalam bacaan al Qur’an مراتب القراءة) ) yang berarti bacaan yang lambat dan menggunakan bacaan riwayat yang termasuk kepada martabat tartil. Sehingga yang dimaksud dengan tartil adalah membaca al Qur’an dengan menggunakan riwayat tartil.

Adapun tahfidz berasal dari kata hafadzo yang berarti menjaga. Tahfidz termasuk kepada mashdar yang berarti menjaga dengan sangat. Adapun makna yang dimaksud disini adalah menghafal al Qur’an. Upaya menghafal al Qur’an sudah ada sejak masa nabi. Nabi adalah sayidul huffadz (pimpinan para hafidz), dan menghafal al Qur;an merupakan salah satu upaya pelestarian la Qur’an selian dari pada penulisan.

BAB II

MENGENAL POLA LAGU MUROTTAL

Lagu Murottal sebenarnya terdiri dari tujuh lagu sebagaimana lagu pada mujawwad. Meskipun demikian yang populer dibawakan hanya beberapa lagu saja, seperti lagu Rasy, hijaz dan nahwand. Setiap lagu-lagu al Qur’an, ketika dimurotalkan pada dasarnya memiliki nada dan variasi yang dinamis, akan tetapi kita dapat membuat pola-pola dari lagu tersebut sehingga bacaan murotal kita memiliki keajegan.

Jumlah dan bentuk pola murotal tergantung daripada jenis lagunya sendiri. Dapat diambil contoh :

a. Lagu Nahwand

Lagu Nahwand terdiri dari tiga tingkatan ; nahwand ashli, nahwand jawab dan nahwand jawabul jawab. Nahwand ashli memiliki tiga bentuk lagu murotal, yaitu :

- Pola 1 ; nada keatas/ashli silim rofa’

- Pola 2 : nada lurus / ashli silim jawab

- Pola 3 : nada kebawah / ashli silim nuzul

Kemudian dari Nahwand jawabul jawab terbentuk satu buah pola , yaitu pola Jawabul jawab 1 dengan nada jawabul jawab.

Kemudian dari pola 1 didapat variasi baru yang bisa kita namakan pola 5 sebagai turunan dari pola 1. kita dapat pula mencari variasi-variasi baru dan kita berikan nama pola dengan urutan nomor.

Pola-pola diatas akan sangat membantu bagi yang baru belajar murotal.

Dalam murotal kita akan menggunakan komposisi lagu sebagai berikut :

Pola 1

Pola 2 Song / Ashli

Pola 3

Pola 1

Pola 2 song / Ashli

Pola 3

Jwabul jawab 1

Pola 2 Reff/ jawab

Pola 3

Pola 5

Pola 1 Chorus

Pola 3

Pola diatas merupakan satu komposisi lagu nahwand yang utuh. Kemudian kita dapat mengulang-ulangnya kembali.

Bilamana sudah mahir, maka kita dapat membuat variasi-variasi baru dengan pola-pola baru. Kita pula dapat membuat komposisi lagu yang berbeda-beda. Seperti dari pola 1 langsung ke pola 3 kemudian pola 4 kemudian ke pola 1 dan berulang-ulang.

Demikianlah metode pola murottal. Ia didapat dari lagu mujawwad dengan memformulasikan lagu pada tingkat yang lebih sederhana. Mencari mana lagu yang sifatnya ashli dan ajeg dengan lagu yang merupakan variasi atau turunan dari lagu asli.

Selain itu, bagi yang sudah mahir, dalam satu pembacaan kita dapat menggabungkan berbagai komposisi lagu menjadi suatu gubahan yang lengkap. Diawali dengan bayati, dilanjutkan dengan lagu-lagu lainnya, dan diakhiri dengan bayati akhir.

b. Lagu Rasyt

Lagu Rasyt terdiri dari tiga tingkatan ; Rasyt ashli, Rasyt jawab dan Rasyt jawabul jawab. Rasyt ashli memiliki tiga bentuk lagu murotal, yaitu :

- Pola 1 ; nada keatas/ashli silim rofa’

- Pola 2 : nada lurus / ashli silim jawab

- Pola 3 : nada kebawah / ashli silim nuzul

Kemudian dari Rasyt jawab terbentuk satu buah pola , yaitu pola jawab 1 dengan nada jawab.

Pola-pola diatas akan sangat membantu bagi yang baru belajar murotal.

Dalam murotal kita akan menggunakan komposisi lagu sebagai berikut :

Pola 1

Pola 2 Song / Ashli

Pola 3

Pola 1

Pola 2 song / Ashli

Pola 3

Jawab 1

Pola 2 Reff/ jawab

Pola 3

c. Lagu Hijaz

Lagu Hijaz terdiri dari tiga tingkatan ; Hijaz ashli, Hijaz jawab atau hijaz kar dan Hijaz jawabul jawab atau hijaz kur. Hijaz ashli memiliki tiga bentuk lagu murotal, yaitu :

- Pola 1 ; nada keatas/ashli silim rofa’

- Pola 2 : nada lurus / ashli silim jawab

- Pola 3 : nada kebawah / ashli silim nuzul

Kemudian dari Hijaz jawab terbentuk dua buah pola , yaitu pola Jawab 1 dan pola jawab 2 dengan nada jawab.

Kemudian dari jawabul jawab terbentuk jawabul jawab 1 dan jawabul jawab 2 dengan nada jawabul jawab.

Pola-pola diatas akan sangat membantu bagi yang baru belajar murotal.

Dalam murotal kita akan menggunakan komposisi lagu sebagai berikut :

Pola 1

Pola 2 Song / Ashli

Pola 3

Pola 1

Pola 2 song / Ashli

Pola 3

Jawab 1

Jawab 2 Reff/ jawab

Pola 3

Jawabul jawab 1

Jawabul jawab 2 Ref 2/ Jawabul Jawab

Pola 3

Bagaimana ketika membawakan murotal pada ayat yang panjang ?

Ketika membaca ayat-ayat yang panjang, maka yang perlu kita perhatikan adalah awal dan ujung pada bacaan yang kita bawa.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan ketika membaca ayat-ayat yang panjang, sebagai berikut :

  1. Mengulang-ulang lagu dasar dengan kemudian diujung bacaan kita perhatikan bentuk polanya, apakah pola satu, dua atau pola tiga.
  2. Menggabungkan dua pola atau lebih.
  3. Memberikan variasi pada tengah ayat.

Sebagai contoh dapat disimak dalam simulasi seminar.

Bagaimana cara mengembangkan pola dasar menjadi suatu lagu murotal yang harmonis dan dinamis ?

Untuk mengembangkan lagu murotal yang sudah kita kenal dasarnya, maka kita harus banyak mendengarkan lagu murotal dari kaset Syaikh, seperti lagu Rast dari syaikh As Sudais dan Suraim, lagu nahwand dari syaikh Mahmud al Khoshori, dan lagu Hijaz dari syaikh Hani ar Rifa’i.

Dari murotal yang dibawakan oleh para syaikh tersebut kita akan mendapatkan banyak variasi untuk mengembangkan lagu murotal kita.

Mengidentifikasi lagu murotal para syaikh.

Untuk mengenal bentuk pola dan variasi yang dibawakan para syaikh, maka yang harus kita perhatikan adalah mencari satu komposisi lagu yang utuh. Hal itu dilakukan dengan cara mencari nada dasar dan kembali kepada nada dasar. Yaitu dengan mencari mana bacaan permulaan yang menggunakan pola 1 dan kemudian setelah syaikh melantunkan lagu jawab atau jawabul jawab dicari yang ujungnya kembali ke pola 3 dan kemudian berlanjut ke pola satu. Ujung pada pola tiga tersebutlah yang merupakan ujung dari satu komposisi lagu yang utuh.

Selanjutnya kita urutkan atau kita cocokan dari bagian ayat-ayat yang dibacakan dalam satu komposisi lagu tersebut kedalam pola-pola yang ada. Bilamana tidak ada yang cocok dengan pola dasar yang telah dipelajari, maka itulah yang termasuk kepada variasi.

Dengan demikian kita akan mengetahui susunan komposisi lagu murotal syaikh yang terdiri dari pola-pola dasar dan variasi.

Variasi terbagi dua :

  1. Variasi yang masuk pada pertengahan pola dasar
  2. Variasi yang sifatnya utuh yang merupakan pengembangan dari pola dasar yang ada.

Selamat mencoba dan mari bergabung dalam keluarga Allah !

*Makalah pernah disampaikan pada kegiatan sekolah al Qur’an di Mesjid Salam ITB, 22 September 2007 dengan sebagian materi diperbaharui

* Dosen Fakultas Syari’ah UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Praktisi al Qur’an.

No comments:

Post a Comment